Kita suka dijalan yg buruk, biarlah orang lain dijalan
yang baik
Judul
tulisan diatas semoga tidak ditangkap miring, karena ini hanya sekedar cerita pengalaman
pribadi seseorang ketika berangkat ke
kantor orang itu setiap hari melewati jalan berlubang yang sering kali dia
harus memilih-milih jalan ketika melewatinya , akan tetapi acap kali pada saat
tepat di jalan berlubang itu dia sering berpapasan dengan pengendara lain dan dia
berusaha “mengalah” walaupun sebenarnya jalan mulus itu berada dijalur kiri sebagai
hak guna dia untuk dia lewati.
Marilah
sekarang kalimat mengalah itu coba kita rubah cara pandang kita agar lebih
antusias lagi dalam penerapan prilaku kita sehari-hari bahwasanya saat itu bukanlah
hanya sekedar mengalah seharusnya kita, akan
tetapi kita rubah cara pikir kita bahwa saat itu kita baru mendapat kesempatan
emas untuk mendapatkan sesuatu yang berharga, sikap senang melihat orang lain
dijalan yang baik walau sementara kita harus berada dijalan yg jelek , sama
halnya kita berusaha menyenangkan orang lain
Banyak
orang bilang waktu adalah uang, tapi bagi para pencari bahagia waktu adalah
kesempatan emas , jangan sia-siakan hari-hari kita lewat begitu saja tanpa prilaku
yg dapat mengesankan hati kita sendiri, bukankah seharusnya yg “paling” mengesankan
dan membahagiakan hatimu adalah dirimu sendiri, bukan ketika kita melihat orang
lain banyak berderma kita hanya pandai memuji saja, bukan ketika kita melihat
orang lain banyak menolong sementara kita hanya pandai menyanjung saja, bukan
pula ketika kita melihat orang lain pandai bernasehat kita hanya sebatas
mengaguminya saja
Orang
sering bangga pada anaknya yg berhasil menjadi sarjana, dia sering suka
membicarakan hal ini pada orang lain agar mereka tahu siapa dirinya siapa anaknya,
benarkah hal ini suatu kebahagiaan kalau boleh saya sebut ini hanya kesenangan,
bahkan kesenangan sesaat. kenapa demikian? anda tentu sudah pandai mencari
jawabnya sendiri
Orang
sering bangga pada harta miliknya yg mungkin lebih banyak dari orang-orang
sekelilingnya, rumahnya lebih bagus , kendaraannya lebih baik, dan lain
sebagainya, pantas banggakah kita, benarkah kita bahagia? Pernah terpikikah
anda bahwa saat kita memperbagus rumah
kita bisa saja mempermalukan tetangga anda sendiri dimana dia tinggal disebelah
anda dengan rumah kumuhnya, atau setidaknya akan membuat tetangga disebelah
kita itu merasa rendah diri dan tentu ini tidak mengenakkan bukan dikala kita
senang orang lain ternyata belum tentu ikut senang.